Rabu, 30 November 2016

Mentoring UNJ, sarana edukasi keagamaan aktif mahasiswa masa kini

                    Mentoring yuk...

         Kumpululan para mahasiswa-mahasiswa muslim dari berbagai fakultas maupun jurusan yang ada di kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Membentuk kelompok-kelompok dan menyebar disudut hingga tidak jarang dipelataran masjid. Beranggotakan delapan hingga sepuluh mahasiswa muslim yang akfit mempelajari serta berdiskusi seputar agama Islam. Jika Anda penasaran, bisa loh coba sedikit merapat dan Anda akan mendengar sayup-sayup lantunan ayat-ayat Al-Quran yang mereka bacakan. Itulah kegiatan mentoring di Masjid Nurul Irfan UNJ kampus A.

         Bagi teman-teman mahasiswa UNJ yang sering melaksanakan ibadah shalat Dzuhur dan shalat Asar di masjid kampus A ini, pasti sering deh melihat teman-teman kita yang satu ini. Mentoring merupakan sebuah kegiatan rutinitas yang sering dijumpai di Masjid Nurul Irfan atau yang biasa warga UNJ sebut Masjid Meni. Kegiatan mentoring ini merupakan kegiatan yang aktif dalam pengenalan, pengajaran, serta pembinaan seputar ilmu agama Islam di kampus UNJ.

         Para peserta mentoring dibedakan menjadi dua. Mentoring Ikhwan bagi mahasiswa-mahasiswa UNJ putra dan Mentoring Akhwat bagi mahasiswa-mahasiswa UNJ putri. Mentoring ini juga ada kakak pembimbingnya loh, yang sering disebut “Kabim”. Kabim mentoring merupakan peserta mentoring juga yang sudah lama aktif dalam kegiatan mentoring ini serta mampu membagi ilmunya kepada peserta mentoring pemula.

         Kabimnya juga dibedakan untuk ikhwan dan akhwat. Tetapi tidak jarang mereka sering digabungkan, itu pun jika ada kajian atau diskusi umum tentu dibatasi oleh penutup yang memisahkan anta putra dan putri. “Kita bedain kok untuk Kabimnya untuk ikhwan dan akhwat, tetapi jika ada diskusi barsama maupun kajian-kajian gitu juga bisa bergabung.Tetapi tetap dibatasi oleh kain hijab sebagai pembatas.” ujar Nurhayati mahasiswa jurusan bahasa Arab yang merupakan salah satu peserta mentoring.

         Bagi teman-teman UNJ yang ingin bergabung dalam mentoring ini sangatlah mudah. Calon peserta akan diuji cara membaca Al-Quran terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelancaran dan kefasihan dalam membaca Al-Quran, sekaligus menyesuaikan bersama dengan siapakah Kabim yang cocok dengan calon peserta mentoring bergabung.

         Pada tahap pemula para peserta mentoring diajak untuk memahami seluk beluk tentang Islam. Bagaimana seorang muslim memahami tentang agama Islam secara hakiki. Pemberian materi fiqih juga mulai diberikan pada tahap pemula, walaupun masih yang bersifat ringan dan mudah untuk dipahami.

         Metode bimbingannya dilakukan dengan cara berdiskusi atau sharing to sharing antar peserta mentoring. Jadi obrolan interaktif yang sebenarnya mendiskusikan tentang ilmu agama Islam jadi lebih mudah diterima dan diserap oleh peserta mentoring. Para peserta mentoring juga diberikan beberapa hafalan surat-surat pendek maupun hadist yang nantinya akan disetorkan kepada Kabim masing-masing kelompok mentoring.

         Mentoring ini juga ada kenaikan tingkatnya, loh. Apabila para peserta mentoring dapat memenuhi tagihan hafalan-hafalan surat-surat pendek dan hadist, aktif menyetorkan laporan kekerapan dalam menunaikan shalat Tahajud dan shalat Dhuha, dan pastinya keaktifan setiap sesi mentoring merupakan hal-hal penunjang bagi para peserta dapat naik tingkat level mentoring yang lebih tinggi lagi. “Karena apabila ibadah rajin kita kerjakan maka keimanan seseorang akan meningkat, itu yang menjadi latar belakang di mentoring ini juga ada naik tingkat atau levelnya.” ujar Nurhayati kembali.

         Apabila sudah naik level mentoring ditahap selanjutnya, para peserta mentoring akan diberi materi-materi bimbingan tentang kajian Islam lebih mendalam lagi. Pada tahap lanjutan, mentoring dilaksanakan dengan acuan silabus sebagai target pencapaian peserta mentoring. Untuk tahap-tahap yang lebih tinggi lagi para peserta mentoring tentu akan mempelajari tentang ilmu agama Islam semakin mendalam. Bagi para peserta mentoring yang sudah menguasai materi serta ilmu yang diberikan saat mentoring berlangsung, akan diikut sertakan untuk menjadi Kabim-kabim baru untuk re-generasi peserta mentoring selanjutnya.

         Bagi teman-teman mungkin seringkali berasumsi bahwa hanya akhwat yang berpakaian layaknya "umi-umi" saja yang boleh mengikuti mentoring ini, etiisss tunggu dulu! Mentoring ini bersifat umum untuk mahasiswa muslimah di UNJ loh. Peserta mentoring tidak hanya terbatas bagi akhwat yang menggunakan busana dengan kerudung panjang dan gamis saja, bagi teman-teman yang masih menggunakan celana jins atau yang masih menggunakan busana "kekinian", tetep bisa dong ikut mentoring. "Bahkan ada loh yang gak pakai kerudung juga ikut mentoring, yang penting niatnya untuk mengikuti mentoring. Dengan begitu, sambil ikhtiar menjemput hidayah dari-Nya juga kan", ujar mahasiswa bahasa Arab ini lagi.

         Dengan mentoring secara rutin bukan hanya ilmu keagamaan saja yang didapat tetapi juga persahabatan serta keluarga baru. Mentoring tidak hanya melulu membahas tentang agama Islam saja, tetapi juga membahas masalah akademik dikelas, curahan hati peserta yang selama ini mengganggu pikiran mereka dapat diceritakan dan dicarikan solusinya bersama. Bahkan curhat mengenai kendala dalam pembayaran UKT pun diperhatikan dalam kegiatan mentoring ini. “Kita juga sering sharing masalah nilai akademik, curhat tentang keluarga, bahkan sampai pembayaran UKT. Jika ada yang mengalami kesulitan, Insyaallah akan dicarikan solusinya secara bersama-sama.” ujarnya kembali sambil tersenyum.  

         Mentoring di Masjid Meni UNJ kampus A ini, merupakan salah satu kegiatan positif yang dapat menjadi pilihan bagi mahasiswa-mahasiswa UNJ. Kegiatan tambahan diluar jam mata kuliah yang bersifat mendidik, mengarahkan dalam hal ibadah serta pastinya positif bagi perserta yang mengikutinya. Mentoring tidak hanya sekadar tempat berkumpul untuk mempelajari agama, tetapi juga sebagai tempat untuk menjalin persaudaraan dan persahabatan bagi peserta mentoring. “Mentoring tuh sudah seperti keluarga kedua aku deh.” kesannya sebagai penutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar